Cerpen ( Sedikit Tentangku )

Hari ini hari yang sangat bersejarah bagiku, hari ini tepat umurku 22 tahun, ada yang berbeda pagi ini aku pergi ke kampus dengan kemeja putih rapi dan memakai toga. Kakek nenek dan bunda sudah bersiap siap pergi ke kampusku sedangkan 4 tante ku sudah menyiapkan makanan untuk syukuranku. Aku pergi bersama kakek nenek dan bunda. Sesampainya di kampus kakek dan nenek menunggu di luar aula sedangkan bunda masuk dan duduk di barisan pertama. Aku diberi kepercayaan untuk memberikan pidato sebagai perwakilan, terlihat mata bunda yang berkaca – kaca mendengar pengumuman bahwa aku sebagai lulusan terbaik. Setelah aku keluar dari ruangan yang bersejarah itu langsung aku memeluk kakek dan nenekku yang juga menangis bahagia. Aku foto bersama dengan mereka. Tetapi ada yang kurang tidak ada ayah yang hadir pada hari ini. Sesampainya dirumah tante – tante dan sepupuku sudah menunggu dirumah untuk memulai acara syukuran keberhasilanku. Tiba – tiba ketika semua keluargaku larut dengan kebahagiaan aku teringat dengan ayah ...... 22 tahun yang lalu aku lahir di dunia, aku diberi nama Muhammad Rizan,aku lahir di sebuah rumah bersalin yang tidak terlalu mewah, kata bunda, aku diazani oleh mantri, ayah tidak hadir saat itu. Saat itu yang ada adalah kakek nenek dan keempat tanteku. Aku besar tanpa kehadiran seorang ayah, ayahku ada tetapi aku tidak pernah melihatnya. Aku mempunyai seorang kakek yang sangat hebat bagiku ia segalanya ia menyayangiku seperti anaknya sendiri bahkan aku lebih dimanjakan dengan kehadirannya aku merasakan kekosongan diri ayah terobati oleh kakek. Kakek selalu ada untukku, ia mengajariku tentang ilmu agama. Aku selalu diajak jalan jalan selalu difoto di acara manapun, kata tanteku aku mirip kakek ketika kakek masih kecil. Begitu pula dengan nenek, ia sesosok yang begitu sempurna. Bunda adalah wanita karrier maka neneklah yang selalu setia menjagaku dari kecil hingga aku dewasa. Tidak lain dengan keempat tanteku yang sangat aku sayangi, mereka semakin melengkapi dan mewarnai hidupku mereka juga mendidikku menjadi lelaki yang kuat dan tidak pantang menyerah dalam keadaan apapun. Sewaktu kecil aku anak yang nakal, aku selalu bermain dengan imajinasiku sendiri. Aku begitu mencintai game dan olahraga basket aku juga sangat suka bermusik. Aku memang anak yang aktif dan tidak mau diam. Semua orang menyukaiku karena aku yang bijak dan pintar mengambil hati. Ketika aku sd aku adalah anak dibawah rata – rata, aku malas belajar, aku suka bermain berolahraga dan bermusik. Bagiku pelajaran matematika tidak bisa membuat hatiku senang. Aku hampir tinggal kelas akhirnya bunda memindahkanku kesekolahnya. Disana aku bertemu dengan teman – teman baru dan sangat menyenangkan ketika aku kelas 2 teman – temanku banyak dari kelas 3 sampai 6 mereka senang berteman denganku. Sampai disuatu saat, ketika mereka menceritakan tentang sosok seorang ayah. Ketika giliranku untuk bercerita aku terdiam dan memilih berpura – pura ke wc untuk melewati giliranku bercerita. Aku sama sekali tidak tahu ayahku aku hanya tahu difoto bahkan fotoku bersamanya pun tidak ada. Aku ingin merasakan kasih sayang ayah, aku sedih melihat bunda yang pagi siang sore malam banting tulang demi membiayakanku. “ayah dimana bunda?” “ayah di jakarta nak, ayah lagi kerja untuk kamu” “memang ayah kerja apa bunda?” “ayah seorang pelaut nak?” “ayah hebat ya bunda.” Tapi sering kali aku melupakan ayah karena kakekku, kakekku orang yang hebat ia gagah dan sangat menyayangiku, kami suka nonton bola bersama, dari ialah aku merasakan kasih sayang seorang ayah. Dahulu sd aku adalah anak yang malas dan nakal setiap hari aku dimarahi tante, kakek dan nenekku karena main game dan menonton cartoon. Bunda serring menumpahkan air mata ketika mengecup pipiku ketika tidur. Begitu pula dengan ke tiga tanteku yang selalu cerewet menyuruhku belajar dan sholat. Aku beruntung Allah menempatkanku kepada keluarga ceria ini, setidaknya aku dapat melupakan sejenak tentang ayah. Sampai ketika aku SMP bunda yang sudah 13 tahun menjanda akhirnya menikah lagi, aku tidak melarang bunda karena aku tau harus ada 2 lelaki yang menlidungi bundaku yang hebat ini. Aku dekat dengan ayah tiriku ia orang yang baik dan ramah. Tetapi aku tetap tinggal dirumah kakek karena keempat tanteku bekerja dan bersekolah diluar negri, maka akulah yang harus menjaga kedua orang yang amat aku cintai. Sejak SMP aku mulai berubah, aku disekolahkan di sekolah internasional kali ini aku tidak mau menyianyiakan orang yang aku sayangi, apalagi bunda aku di dunia ini untuk Allah Bunda Kakek Nenek dan Keempat tanteku. Aku harus bisa membuat mereka bangga. Ketika SMA aku menjadi atlet basket dan wanita banyak mengincarku. Tetapi aku memilih Andriana wanita berjilbab pintar dan sholehah seperti bunda dan nenek. Aku sering membawanya ke rumahku untuk berkenalan dengan nenek kakek atau ke rumah bunda. Aku sangat sayang dengannya, banyak sekali kenangan manis dengannya. Sampai disuatu saat wanita yang aku sayangi itu difonis menderita gagal ginjal, tetapi aku tetap disampingnya untuknya dan selalu untuknya. Aku sangat sayang dengannya dan mau selalu menjaganya meskipun ia sering sakit – sakitan tetapi aku ingat kata kakek “tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan asal ada niat dan meminta kepada-Nya.” Aku selalu bersama kalau Ana pasti akan sembuh. Aku mendapat beasiswa belajar ke Amerika selama 1 tahun, tawaran itu sangat menggiurkan orang – orang sekelilingku semua mendukung tetapi aku lebih memilih membatalkannya karena aku tidak mungkin bisa pergi meninggalkan kakek nenek bunda dan Andriana. “mungkin disana aku akan banyak mendapatkan pengalaman tetapi disini bersama mereka aku mendapatkan banyak kebahagiaan.” Meskipun aku tidak pergi menuntut ilmu ke Amerika tetapi aku dapat mengukir prestasi disini. Setelah lulus SMA aku berkulian di Bandung di ITB aku mengambil jurusan geologi. Sedangkan Andriana ia berkuliah di Medan tepatnya di USU mengambil Kedokteran, meskipun jauh kami tetap berhubungan. Sedangkan keluargaku di Pekanbaru. Seringkali aku datang ke Jakarta dan mencari ayah, tetapi sesampainya aku dirumah ibu dari ayahku aku mendapat kabar bahwa ayah sakit dan terbaring lemah di rumah sakit dan sangat memerlukan banyak biaya. Aku mencoba meminta bantuan kepada kakek tetapi ia tidak mau membantu kerena terlanjur sakit hati,tetapi bunda, bunda bersedia mengeluarkan sedikit dari penghasilannya. Ayah menderita sakit gagal ginjal sama seperti Andriana wanita yang aku sayangi. Sejak dari itu aku berkuliah sambil bekerja di Bandung. Aku menjadi chef di salah satu restaurant. Lumayanlah sedikit uang untuk ayahku. “walaupun aku tidak pernah merasakan kasih sayangnya setidaknya ia dapat merasakan kasih sayangku.” Dan sekarang aku Rizan telah bekerja di salah satu perusahaan minyak, gajiku lumayan besar. Aku bisa memberikan gajiku untuk kakek nenek bunda dan ayah. Dan aku berencana untuk menikahi Andriana. Ketika aku sampai di Medan untuk melamarnya ternyata ia sedang terbujur kaku di rumah sakit. Padahal ini adalah sebagian kejutanku untuknya. Seminggu lebih aku disana dan ternyata aku pun mengantarkannya ke peristirahatan terakhirnya. Rencana aku pun pupus. Ia pernah berkata padaku. “jika aku pergi lebih dulu darimu, izinkan aku untuk tetap dihatimu bersamamu untuk mencari kebahagiaanmu,aku sayang kamu.” Andriana kini sudah pergi tetapi tidak dengan perasaanku padanya. Aku akan selalu menyediakan hatiku untunya. Tepat dihari ulangtahunku tidak beberapa hari dari meninggalnya Andriana, ibunya memberikanj surat untukku, katanya surat itu dari Andriana. “Rizan, maaf aku tidak bisa bahagia bersamamu, maaf mungkin aku tidak bisa mewujudkan impian kita bersama bukan aku tak mau tetapi aku tak sanggup untuk bertahan. Untuk menebus janjiku kepadamu, aku akan mewujudkan salah satu impianmu dari dahulu. Ayahmu, kamu ingin merasakan kasih sayang ayah. Aku sudah berniat aku memberikan ginjalku kepada ayahmu dan seluruh keluargaku pun sudah setuju. Aku harap kamu dapat menerima ini. Rizan aku hanya ingin membuatmu bahagia walaupun aku tidak bernyawa lagi. Karena kamu aku bertahan karena semangat kita. Aku sayang kamu rizan, izinkan aku membahagiakan orang yang selalu membahagiakanku.” aku menangis membaca surat itu,keluarga andriana pun menyuruhku untuk donor ginjal untuk ayahku. Akhirnya ayah operasi donor ginjal itu. Beberapa bulan kemudian ayah sudah mulai pulih kini aku dapat merasakan kebahagianku yang lama tertunda, bersama ayah. Ini karena allah dan bantuan ginjalmu. Kini aku hidup menjadi anak yang sempurna hatiku pun sempurna kerana kehadiranmu. Aku berjanji akan mencari sesosok wanita yang sangat mencintaiku dan keluargaku juga sebaik hatimu. “kebahagiaan itu keajaiban hati kita, raga kita dan bathin kita.” By : AMA

0 komentar:



Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Labels

  • ` (1)